Cerpen : Solidaritas di Tengah Derasnya Arus


Penulis: Saifullah M Yamin, Ketua Penu Were

Hari ini tidak ada yang berseteru mengenai politik. Tidak ada yang saling mencela. Semua mendengar. Semua fokus memikirkan cara untuk membuka jalur evakuasi ke Trans Kobe.

Cerita ini dimulai kemarin sore, pukul 16.00. Tim menerima keluhan dari masyarakat bahwa ada seorang ibu yang baru saja melahirkan bersama bayi yang masih terjebak di SP4 Woekob. Mendengar informasi tersebut, tim segera berkumpul dan memutuskan untuk mengambil jalur evakuasi lewat Kali Kobe.

Tim pertama terdiri dari 10 pria tangguh, yang tidak takut rambut menjadi pirang karena terik matahari. Dengan perahu karet dan mesin 15PK, serta dilengkapi satu senter kepala, mereka meluncur melawan derasnya arus Kali Kobe. Pengemudi perahu biasa dipanggil Ua Uti, ada juga yang dijuluki Biawak, entah bagaimana mereka mendapatkan julukan itu.

Uniknya, setelah satu jam menyusuri Kali Kobe yang begitu deras, orang-orang ini tetap santai bercanda. Bahkan yang menjadi bahan candaan adalah buaya di Kali Kobe. Tim terus menyusuri Kali Kobe, semakin dalam semakin deras arusnya. Entah bagaimana, tiba-tiba pengemudi patah stir dan perahu meluncur naik ke daratan. Padahal mereka parkir perahu tepat di depan tempat karaoke yang terkenal itu.

Pukul 18.00, tim kedua didatangi seorang ibu yang mengabarkan bahwa anak laki-lakinya yang penyandang disabilitas masih terjebak di Trans. Karena tim pertama dan tim kedua tidak dibekali alat komunikasi, meskipun cuaca mulai gelap dan hujan semakin deras, tim kedua memutuskan untuk mengejar tim pertama yang sudah berangkat dua jam lebih awal.

Akbar Kabuseng, laki-laki tangguh, mengajukan diri sebagai penanggung jawab tim untuk menyusuri Kali Kobe dalam kegelapan malam . Orang kedua yang menawarkan diri adalah Ari Firmawan, namun sayangnya ditolak oleh ketua tim dengan alasan Ari hanya akan menambah beban.Orang ketiga yang menawarkan diri adalah Tan Kom Ping Baay. Tanpa alasan, ketua tim langsung menolak.Ketua tim kemudian bertanya, "Kong Ketua?" Ketua menjawab, "Ketua evakuasi yang di seng biru sudah."  Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, "Saya nanti satu tim dengan ketua sudah." Serentak kami semua menoleh ke belakang, ternyata Radzif Gandhi yang menawarkan diri. Hmmm.

Dalam penelusuran jalur evakuasi, tim tidak berhasil masuk sampai ke Trans. Ada beberapa titik yang tidak tergenang air, memaksa tim harus memikul perahu. Ditambah lagi, arus sungai yang deras dan hujan semakin lebat. Banyak korban yang belum sempat dievakuasi hari sebelumnya. Maka, tim memutuskan untuk melakukan evakuasi di area sekitar dan kembali ke pos informasi pukul 23.00. Tim memutuskan untuk melanjutkan evakuasi pada pagi hari.

Pagi harinya, pukul 07.00, tim sudah mulai berkumpul di terminal Weda. Pukul 07.30, tim melakukan briefing. Muhammad Risaldi Walid menyarankan agar meminta bantuan mobil HILLUX dari IWIP atau kepala dinas untuk menyebrangkan perahu. Saran tersebut diterima.

Sampai di Lukulami pukul 10.00. Setelah 20 menit, ada mobil HILLUX plat merah yang masuk. Ateks langsung menatap tajam. Setelah dicek, ternyata itu mobil kepala dinas pariwisata. Ateks langsung menahan sopirnya dan mengambil alih mobil HILLUX tersebut.Berkat mobil HILLUX kepala dinas, akhirnya logistik bisa masuk dan jalur yang terisolir bisa diakses setelah tiga hari. Terima kasih, Ibu Kadis

Melihat posko pengungsian yang dipenuhi anak-anak dan bayi, seluruh tim tersenyum puas. Terima kasih kepada semua yang telah berdonasi dan membantu masyarakat terdampak banjir. Berbagi tidak akan membuat kita miskin.

Oh iya, ada satu yang saya lupa. Tim ini memang terbaik, tapi ya Allah, mereka tidak bisa diam.Tapi, air sudah surut, jadi sekarang kita bisa berseteru politik lagi.

Editor : Ruang Redaksi

 

Previous Post Next Post